Jumat, 25 Maret 2011

Mars Gerbang Bangsa (Bangga Mbangun Desa)


Wahai.. Putra Putri Cilacap.. Dengar.. Lah panggilan-mulia..
Tanah.. Lahirmu menanti mu.. Karya dan pengabdi.. an.. mu..
Laut biru.. Sawah menghijau.. Jadikan pemacu semangatmu..
Budaya.. mu.. Cermin sikapmu.. Tinggikan jati di.. ri.. mu..
Berkarya.. lah..  Di-ta.. nahmu.. Bangga.. kan dirimu..
Bangun.. kota, bangun.. desa nisca..ya  sejahtera..
Sumbangkan.. apa yang kau bisa..
Satu.. kan karya dan cipta.. Mantap.. kan irama langkahmu..
Bangga.. Mbangun Desa..


(Ini lagu yang lagi rame di dinas/instansi Cilacap, karena jd lagu wajib lomba nyanyi di hari jadi Clp, berhubung instansiku gak termasuk salah satu pesertanya...jadi aku gak bisa nyanyi deh....hee)

Sabtu, 12 Februari 2011

Ibu Mertua ku sayang.....


Mungkin banyak orang yang sebelumnya takut atau bahkan panik bagaimana dia bisa "mengelola" hubungan dengan mertua...dan sebenarnya tidak terkecuali dengan saya, dulu sebelum menikah ada ketakutan, bagaimana ya nanti mertua saya, apakah bisa menerima saya apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan saya...dan ternyata, Subhanallah saya menemukan ibu mertua yang sangat-sangat baik.  Menurut saya, beliau adalah "pejuang" yang sangat kuat bagi keluarga (single parent mengurus 3 anaknya) dan beliau tidak pernah menuntut apapun dari saya.  Yang membuat saya terharu, ketika saya memutuskan untuk mengambil S2 di awal-awal pernikahan, beliau begitu mendukung dan bahkan memberikan saya uang (kebetulan ibu mertua baru dapet arisan..) "Mba, ini ditabung buat nambahin bayar kuliah"..Subhanallah...saya sangat terharu.  Beliau sekarang tidak muda lagi, keinginan untuk mempunyai cucu saya yakin sangat kuat, kalo ada anak tetangga yang main ke rumah bisa saya rasakan bahwa beliau pun menginginkan anak kecil,,saat itu 6 bulan pasca menikah saya belum hamil, dan selama 6 bulan itu tidak pernah terdengar ibu menanyakan apakah saya sudah hamil...saya juga selalu menanyakan ke suami, apa pertanyaan tersebut dibahas dengan suami? suami saya mengatakan tidak pernah. Dan sekarang dengan 2 kali keguguran saya, beliau tidak pernah menyalahkan atau memojokkan saya..beliau yang selalu menguatkan saya untuk bersabar dan bersemangat..Alhmdulillah, terimakasih ya Allah atas anugrah suami yang baik dan ibu mertua yang sangat luar biasa....
(buat teman2 yang belum menikah atau yang sudah menikah tetapi ada rasa "ketakutan" mengelola hubungan dengan mertua, berikut saya lampirkan tulisan Helvi Tiana Rosa..semoga bermanfaat..)

 Bersahabat dengan Mertua? Yyuuuuk!
Sebelum menikah, saya sering mendengar banyak orang bercerita tentang mertua mereka. Setelah menikah, makin banyak lagi cerita-cerita seperti itu saya dengar. Ya, apalagi kalau bukan soal interaksi antara menantu dan mertua!
Seorang ibu yang masih kerabat jauh pernah bercerita pada saya tentang menantunya. “Dulu waktu belum dapat anak saya, dia baiiiiiik sekali. Ramah, suka senyum, suka cerita. Kalau datang selalu ada saja yang dibawa. Bukannya saya mengharap, tapi dia betul-betul perhatian. Dia juga rajin telepon, memperhatikan saudara-saudara…,” cerita si Ibu. Saya mendengarkan seksama.
“Eh pas udah dapat anak saya, dia berubah! Kalau ngomong ketus, nyelekit. Terus kalau anak saya beliin saya apa-apa, dia juga ngotot minta dibelikan. Anak saya harus ngumpet-ngumpet kalau mau kasih uang sama saya. Dia juga tidak mau kalau saya tinggal bersama mereka….” Cerita Tiwik, teman saya, lain lagi. “Mertua saya itu orangnya dominan. Maunya menguasai. Jadi meski kami sudah menikah sekian lama, semuanya Ibu mertua saya yang mengatur. Kami mau tinggal dimana, ngontrak atau beli rumah juga dia yang menentukan. Saya jadi kesal. Suami seolah tak berdaya kalau di hadapan ibunya. Pokoknya ibunya bilang apa, dia nurut. Ibunya juga turut campur dalam mendidik anak kami. Apa yang saya larang, ia perbolehkan. Apa yang saya perbolehkan untuk anak-anak, ia larang. Kan kasihan anak-anak saya jadi bingung. Udah itu saya merasa ia benar-benar nggak percaya sama saya….Pokoknya yang paling bagus dan mengerti apa saja di dunia ini ya cuma dia!” 
“Kalau saya lain lagi,” tutur Ira, teman saya yang juga sahabat Tiwik. “Ibu mertua saya sangat perfeksionis tapi pelitnya luar biasa. Udah gitu, dia selalu bilang saya pelit. Di depan anaknya ia ngomong gini, tuh kan nak, coba kalau kamu belum menikah, kamu bisa lebih memperhatikan dan membiayai ibu dan adikadikmu…, sedih kan?” Mata Ira memerah.
“Kalau yang saya alami lebih gila,” kata Indah dengan suara serak. “Kalau di depan anaknya, mertua sangat baik pada saya. Tapi begitu di belakang suami, waduh ampun deh. Kata-katanya nyelekit dan suka sekali menyindir. Ia suka mengadu domba saya dan suami. Ia juga sering mengobral cerita apa saja yang memalukan tentang saya. Padahal saya kan menantunya sendiri. Kok tega ya?”
Saya jadi teringat masa-masa awal saya bertemu Mas Tomi. Saya tahu ia pasti sangat mencintai ibunya. Dan bagi saya, mencintai Mas Tomi berarti mencintai Ibu, adik-adik, keluarga besarnya.... “Ceritakan pada saya tentang Ibu…,” pinta saya. Sambil terenyum ia menceritakan banyak hal tentang Sang Ibu. Seorang perempuan tradisional yang lembut, sangat perasa dan betul-betul menikmati peran sebagai ibu rumah tangga. Beliau jago memasak, pintar menjahit, ahli dalam mengurus taman dan kebun di belakang rumah mereka. “Ibu
punya koleksi anggrek yang cantik, juga beternak gurame kecil-kecilan di rumah,” kata Mas.Hmmm menarik, pikir saya. Perempuan hebat.
“Ibu sangat njawani,” tambah Mas. Dalam hati, saya menambahkan: Itu berarti saya harus memperhatikan perbedaan kultur di antara kami. Saya yang Sumatera, Ibu yang sangat Jawa (Ibu dari Yogyakarta, Bapak Mas dari Solo, namun sudah meninggal ketika Mas kuliah tingkat III). Saya bertekad, dalam pertemuan pertama dan selanjutnya, saya akan menampilkan diri saya sebagaimana adanya, dengan tetap menghormati kultur beliau. Apalagi nih, Mas Tomi itu anak pertama, tulang punggung keluarga. Pasti banyak harapan ibu bertumpu padanya. Begitulah. Sebelum bertemu untuk pertamakalinya dengan Ibu Mas Tomi, saya sudah mulai menitipkan salam. Saya kirimkan bahan yang saya pilih sendiri untuk beliau. Kadang oleh-oleh lainnya. Ketika akhirnya bertemu, kami berdua tahu bahwa kami adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang. Tetapi apakah itu membuat kami tak bisa cocok? “Ibu baik, tapi bukan tipe orang yang mudah mengekspresikan perasaannya. Bahkan bila ia menyayangi seseorang,” kata Mas pada saya.
Karena Ibu Mas Tomi memang cenderung pendiam, maka saya mencoba lebih aktif mendekati beliau. Pada pertemuan pertama misalnya, saya merangkulnya sambil berkata, “Ibu, nanti kalau aku nikah sama Mas, aku tidak akan menganggap ibu sebagai mertuaku….” Ibu mengerutkan keningnya. “Kenapa?” Tanya beliau tak mengerti. “Saya rangkul beliau lebih erat, “Ya, sebab aku akan menganggap Ibu sebagai ibuku sendiri! Pokoknya, Ibu bertambah anak, aku bertambah Ibu!” Kami berdua tersenyum.
Setelah saya dan Mas menikah, saya berusaha memberi atensi sebisa saya pada Ibu. Mulai dari hal-hal kecil membawakannya sesuatu setiap kami mengunjunginya (bukan soal harga, tapi perhatian), hingga mengingat momen-momen penting dalam hidup Ibu. Saya pun berinisiatif membenahi semua album keluarga mereka—terutama saat bersama almarhum Bapak---agar tersusun lebih rapi dan terhindar dari jamur.
Ibu sering sekali memberi masukan, terutama soal kepiawaian sebagai istri dan bagaimana mendidik anak. Tahu sendiri, saya sama sekali tak pintar masak seperti ibu. Barangkali saya juga tak setelaten beliau dalam mengurus anak dan semacamnya. Setidaknya begitulah saya dalam pandangan Ibu.Seringkali saya merasa sudah melakukan sesuatu secara maksimal, namun seolah masih saja “salah” di mata ibu.. Awalnya hal itu membuat saya sedikit “geregetan”, agak tersinggung dan sedih…, sering saya berusaha menyampaikan apa yang sudah saya lakukan yang saya rasakan baik padanya. Saya bahkan memberikan argumen terbaik yang saya miliki hingga Ibu hanya menjawab, “O…begitu….” Namun lama kelamaan, saya pikir kenapa sih saya? Apa sih gunanya “melawan” ibu, menganggap saya sudah melakukan semua dengan baik. Memang apa salahnya kalau Ibu menasehati panjang lebar, lalu saya tinggal tersenyum, berterimakasih dan bilang, “Ya, Ibu. Saya akan coba, atau saya akan melakukan saran Ibu. Terimakasih ya, Bu….” Bukankah kalau ibu menasehati berarti ibu sedang memperhatikan saya. Bukankah memperhatikan berarti bentuk dari sebuah cinta? Akhirnya itu yang saya lakukan, dan ternyata asyik! “Terimakasih, Bu. Saya senang sekali dapat pengetahuan baru.” “Alhamdulillah Ibu memberi tahu, jadi lain kali aku bisa lebih baik….” 
“Terus, kalau kasusnya begini, baiknya aku bagaimana ya, Bu?” 
“Wah Bu, saran dari Ibu aku pakai. Alhamdulillah Bu, berhasil!”
Saya juga yang selalu mengingatkan Mas bila ia sibuk dan kami lama tak mengunjungi Ibu di Sukabumi. “Mas, minggu depan ke Sukabumi yuk. Kan kita dah kangen sama Ibu….” Selain itu kami sepakat, kalau mau ngasih sesuatu untuk ibu Mas, sayalah yang melakukan, dan kalau mau ngasih sesuatu ke mama saya, Mas yang akan memberikannya... Lambat laun saya merasa ibu makin sayang pada saya. Ibu bahkan mulai mengurangi memberi tahu saya apapun dengan gaya para mertua pada umumnya. Ibu mulai menjadikan saya sahabat tempat curhat beliau mengenai apa saja! Kami sering menangis dan tertawa bersama. Alhamdulillah. Saya bahagia sekali.
Saya jadi inga t beberapa kali saya mendapat hadiah usai mengisi ceramah di berbagai tempat. Selain uang, kadang saya diberi peralatan rumah tangga, bahan, atau souvenir lain yang menarik. Biasanya kalau ada dua macam, pasti saya minta Ibu mertua saya untuk memilihnya lebih dulu, baru kemudian Mama. Mengapa?
“Mama kan masih ada Papa. Papa bisa belikan Mama yang lebih bagus…. Ibu kan sudah nggak ada Bapak? Nggak apa ya, Ma?” kata saya pada Mama.
Di luar dugaan, Mama memeluk saya dan mengatakan bangga sekali punya anak seperti saya. Mama bahkan bilang tak akan pernah iri pada apa yang saya lakukan terhadap Ibu. Begitulah. Saya merasa saya memang tak memiliki dan tak memerlukan seorang Ibu mertua. Ibu dari suami saya adalah Ibu, adalah sahabat saya. Dan oh, sungguh kangen, bila sebulan saja tak bertemu beliau setelah 14 tahun perkenalan kami.
I love you much, Bu!

PEMBAYARAN PAJAK SECARA ONLINE DI CALIFORNIA


Tulisan ini disarikan dari buku e-Government in Action, Ragam Kasus Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Sebenarnya tulisan ini sebagai tugas mata kuliah e-Government, sudah saya buat slide dalam bentuk PPT, dan ternyata harus dicantumkan di blog masing-masing.  Artikel ini sangat bagus untuk dijadikan referensi bagi pelaksanaan e-government khususnya di kantor pajak, biar Gayus-Gayus baru tidak tumbuh subur di Indonesia (hehehe..) Berikut Artikelnya :

Latar belakang
Sebelum melaksanakan inisiatif e-Government secara luas, Dinas Perpajakan California, Franchise Tax Board (FTB) sebenarnya telah meletakkan beberapa dasar penting dengan mengaplikasikan beberapa proses pembayaran pajak melalui proses elektronik.  Tahun 1993, FTB membangun Electronic Fund Transfer, yang bisa digunakan oleh pembayar pajak melalui transfer rekening, membayar website (1996), dan yang paling maju adalah membangun "e-pay", sistem dimana FTB bisa melakukan debit atas rekening pembayar pajak, yaitu pada tahun 1999.  Namun demikian, seiring dengan  berbagai perkembangan, dirasakan perlunya inisiatif e-Government sebagai usaha untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.  E-government berarti menggunakan teknologi, kemampuan dan jaringan yang dimiliki secara maksimal.  inisiatif ini setidaknya didorong oleh tiga hal (Connel, 2000) :
  1. Ekspektasi yang semakin besar dari customer Dinas Perpajakan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik. 
  2. Semakin meluasnya inisiatif e-Government secara nasional di California di berbagai departemen pemerintahan.
  3. Kompetisi global yang semakin kuat
Penerapan Tujuan dan Target
Untuk memudahkan proses pelaksanaan, FTB menetapkan tujuan dan target yang harus dipenuhi dalam hubungannya dengan pelaksanaan e-Government. Ada dua tujuan besar yang dijabarkan dalam beberapa target secara lebih detail, sebagai berikut:

Pertama, Menyediakan Layanan online untuk customer dan konsultan perpajakan.  Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa target telah ditetapkan:
  • Menyediakan formulir aplikasi secara online.
  • Memberikan pengalaman menarik dalam pemrosesan pajak secara online.  Dalam hal ini, portal pajak dibangun dengan kemudahan bagi konsumen dan penggunaannya, berdasarkan pada kepentingan dan manfaat yang akan mereka peroleh.
  • Menyediakan akses informasi dan komunikasi secara online sehingga memudahkan pembayar pajak untuk berkonsultasi dan bertanya jika perlu.
  • Penyediaan proses transaksi pembayaran pajak secara online, hal ini untuk memudahkan pembayar pajak bertransaksi dimanapun dan kapanpun mereka berada.
  • Mengirimkan informasi kepada pembayar pajak secara online melalui email dan newsletter yang dikirim secara rutin.
Inisiatif yang sudah mulai dijalankan dalam upaya mencapai target diatasa diantaranya adalah:
  • Membangun konsep email yang aman, dengan otoritas tandatangan digital kepada dan untuk pembayar pajak.
  • Membuat aplikasi yang memungkinkan semua formulir pajak bisa diakses lewat website.
  • Melayani permintaan secara online untuk berlangganan pembayaran pajak secara otomatis
  • Pemberian PIN sebagi password untuk otentifikasi pembayaran online.

Kedua, Bagaimana menggunakan teknologi yang sesuai untuk mengubah cara berbisnis secara internal dan dengan supplier.  Secara detail, tujuan tersebut dibagi menjadi beberapa target pelaksanaan:
  • Menyediakan berbagai formulir internal, panduan dan publikasi secara online.
  • Penyediaan intranet yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pekerja.
  • Pelaksanaan proses administrasi secara internal dilakukan secara online, termasuk dengan supplier.
  • Sistem aplikasi yang memungkinkan informasi, saran, dan umpan balik dari pembayar pajak diterima langsung oleh staf yang bersangkutan sesuai bidangnya.
Beberapa inisiatif yang sudah diajlankan untuk mencapai target-target tersebut adalah ;
  • Menyediakan akses intranet untuk seluruh formulir, panduan dan informasi internal.
  • Membangun sistem aplikasi dimana proses kerja internal bisa dilakukan secara elektronis.
  • Partisipasi dalam pengembangan sistem di California secara keseluruhan.
  • Membangun database kepegawaian yang bisa diintegrasikan ke dalam sistem kepegawaian secara nasional.
  • mengembangkan sistem pelatihan, perijinan dan pendanaan secara online.
Strategi Menuju Kesuksesan Implementasi
Beberapa straetegi yang diterapkan FTB dalam melaksanakan e-Government adalah sebagai berikut :
Pertama, membangun kepercayaan publik yang dilakukan dengan beberapa hal yaitu,
  • Privacy dari pembayar pajak dijaga ketat,
  • Masalah keamanan data,
  • Prinsip otentifikasi dengan memberikan password dan PIN sebagai alat transaksi.
Kedua, Memperluas kerjasama dengan berbagai pihak; yaitu pihak swasta,departemen dan organisasi pemerintah serta kerjasama pembangunan sistem informasi secara nasional.
Ketiga, Penerapan e-Government harus terpusat pada kepentingan pelanggan.
Keempat, Membangun kapasitas organisasi agar bisa menyesuaikan dengan perkembangan.

Rabu, 26 Januari 2011

Sabar: Keajaiban Seorang Mukmin



dakwatuna.com - Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits :
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh:
· Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
· Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
· Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum
Setiap mukmin digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’. Pesona berpangkal dari adanya positif thinking seorang mukmin. Ketika mendapatkan kebaikan, ia refleksikan dalam bentuk syukur terhadap Allah swt. Karena ia paham, hal tersebut merupakan anugerah Allah. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya. Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, ia akan bersabar. Karena ia yakin, hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang ada rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah swt.

Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran setengah keimanan. Sabar memiliki kaitan erat dengan keimanan: seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menggambarkan ciri dan keutamaan orang beriman sebagaimana hadits di atas.

Makna Sabar
Sabar merupakan istilah dari bahasa Arab dan sudah menjadi istilah bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “shabara”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran“. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)
Perintah bersabar pada ayat di atas adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rabnya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah swt.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam Al-Khawas, “Sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidakmampuan. Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang).”

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri, terdapat 103 kali disebut dalam Al-Qur’an, baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah swt.
1. Sabar merupakan perintah Allah. “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153). Ayat-ayat yang serupa Ali Imran: 200, An-Nahl: 127, Al-Anfal: 46, Yunus: 109, Hud: 115.
2. Larangan isti’jal (tergesa-gesa). “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…” (Al-Ahqaf: 35)
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar: “…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah: 177)
4. Allah akan mencintai orang-orang yang sabar. “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. “Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. (Ar-Ra’d: 23 – 24)

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits
Sebagaimana dalam Al-Qur’an, dalam hadits banyak sekali sabda Rasulullah yang menggambarkan kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar:
1. Kesabaran merupakan “dhiya’ ” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah mengungkapkan, “…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)
2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah pernah menggambarkan: “…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…” (HR. Bukhari)
3. Kesabaran merupakan anugerah Allah yang paling baik. Rasulullah mengatakan, “…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mukmin, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya.” (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya’.” (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas’ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas’ud berkata”Seakan-akan aku memandang Rasulullah saw. menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullan saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah saw. mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, ‘Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.
2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, dan memandang sesuatu yang haram.
3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta dan kehilangan orang yang dicintai.

Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang harus diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif pada amal. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan melaksanakan ibadah. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat guna meningkatkan kesabaran. Di antaranya:
1. Mengikhlaskan niat kepada Allah swt.
2. Memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Puasa merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat untuk mengalahkan nafsu yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, dan kikir.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
6. Perlu mengadakan latihan-latihan sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi, misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.

Betapa Indahnya Berumah Tangga


Karya : Bayu Gautama
tentang-pernikahan.com - Ketika melihat pasangan yang baru menikah, saya suka tersenyum. Bukan apa-apa, saya hanya ikut merasakan kebahagiaan yang berbinar spontan dari wajah-wajah syahdu mereka. Tangan yang saling berkaitan ketika berjalan, tatapan-tatapan penuh makna, bahkan sirat keengganan saat hendak berpisah. Seorang sahabat yang tadinya mahal tersenyum, setelah menikah senyumnya selalu saja mengembang. Ketika saya tanyakan mengapa, singkat dia berujar "Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri". Aih...

Menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik itu yang saya baca dalam sebuah buku pernikahan. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang di sukai Nabi. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa Allah hanya menyebut nabi-nabi yang menikah dalam kitab-Nya. Hal ini menunjukkan betapa Allah menunjukkan keutamaan pernikahan. Dalam firmannya, "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan rasa kasih sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kalian yang berfikir." (QS. Ar-Rum: 21).

Menikah itu Subhanallah indah, kata Almarhum ayah saya dan hanya bisa dirasakan oleh yang sudah menjalaninya. Ketika sudah menikah, semuanya menjadi begitu jelas, alur ibadah suami dan istri. Beliau mengibaratkan ketika seseorang baru menikah dunia menjadi terang benderang, saat itu kicauan burung terdengar begitu merdu. Sepoi angin dimaknai begitu dalam, makanan yang terhidang selalu saja disantap lezat. Mendung di langit bukan masalah besar. Seolah dunia milik mereka saja, mengapa? karena semuanya dinikmati berdua. Hidup seperti seolah baru dimulai, sejarah keluarga baru saja disusun.

Namun sayang tambahnya, semua itu lambat laun menguap ke angkasa membumbung atau raib ditelan dalamnya bumi. Entahlah saat itu cinta mereka berpendar ke mana. Seiring detik yang berloncatan, seolah cinta mereka juga. Banyak dari pasangan yang akhirnya tidak sampai ke tujuan, tak terhitung pasangan yang terburai kehilangan pegangan, selanjutnya perahu mereka karam sebelum sempat berlabuh di tepian. Bercerai, sebuah amalan yang diperbolehkan tapi sangat dibenci Allah.

Ketika Allah menjalinkan perasaan cinta diantara suami istri, sungguh itu adalah anugerah bertubi yang harus disyukuri. Karena cinta istri kepada suami berbuah ketaatan untuk selalu menjaga kehormatan diri dan keluarga. Dan cinta suami kepada istri menetaskan keinginan melindungi dan membimbingnya sepenuh hati. Lanjutnya kemudian.

Saya jadi ingat, saat itu seorang istri memarahi suaminya habis-habisan, saya yang berada di sana merasa iba melihat sang suami yang terdiam. Padahal ia baru saja pulang kantor, peluh masih membasah, kesegaran pada saat pergi sama sekali tidak nampak, kelelahan begitu lekat di wajah. Hanya karena masalah kecil, emosi istri meledak begitu hebat. Saya kira akan terjadi "perang" hingga bermaksud mengajak anak-anak main di belakang. Tapi ternyata di luar dugaan, suami malah mendaratkan sun sayang penuh mesra di kening sang istri. Istrinya yang sedang berapi-api pun padam, senyum malu-malunya mengembang kemudian dan merdu uaranya bertutur "Maafkan Mama ya Pa..". Gegas ia raih tangan suami dan mendekatkannya juga ke kening, rutinitasnya setiap kali suaminya datang.

Jauh setelah kejadian itu, saya bertanya pada sang suami kenapa ia berbuat demikian. "Saya mencintainya, karena ia istri yang dianugerahkan Allah, karena ia ibu dari anak-anak. Yah karena saya mencintainya" demikian jawabannya.

Ibn Qayyim Al-Jauziah seorang ulama besar, menyebutkan bahwa cinta mempunyai tanda-tanda. Pertama, ketika mereka saling mencintai maka sekali saja mereka tidak akan pernah saling mengkhianati, Mereka akan saling setia senantiasa, memberikan semua komitmen mereka.
Kedua, ketika seseorang mencintai, maka dia akan mengutamakan yang dicintainya, seorang istri akan mengutamakan suami dalam keluarga, dan seorang suami tentu saja akan mengutamakan istri dalam hal perlindungan dan nafkahnya. Mereka akan sama-sama saling mengutamakan, tidak ada yang merasa superior.
Ketiga, ketika mereka saling mencintai maka sedetikpun mereka tidak akan mau berpisah, lubuk hatinya selalu saling terpaut. Meskipun secara fisik berjauhan, hati mereka seolah selalu tersambung. Ada do'a istrinya agar suami selamat dalam perjalanan dan memperoleh sukses dalam pekerjaan. Ada tengadah jemari istri kepada Allahi supaya suami selalu dalam perlindunganNya, tidak tergelincir. Juga ada ingatan suami yang sedang membanting tulang meraup nafkah halal kepada istri tercinta, sedang apakah gerangan Istrinya, lebih semangatlah ia.

Saudaraku, ketika segala sesuatunya berjalan begitu rumit dalam sebuah rumah tangga, saat-saat cinta tidak lagi menggunung dan menghilang seiring persoalan yang datang silih berganti. Perkenankan saya mengingatkan lagi sebuah hadist nabi. Ada baiknya para istri dan suami menyelami bulir-bulir nasehat berharga dari Nabi Muhammad. Salah satu wasiat Rasulullah yang diucapkannya pada saat-saat terakhir kehidupannya dalam peristiwa haji wada':

"Barang siapa -diantara para suami- bersabar atas perilaku buruk dari istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Ayyub atas kesabarannya menanggung penderitaan. Dan barang siapa -diantara para istri- bersabar atas perilaku buruk suaminya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang Allah berikan kepada Asiah, istri fir'aun" (HR Nasa-iy dan Ibnu Majah ).

Kepada saudaraku yang baru saja menggenapkan setengah dien, Tak ada salahnya juga untuk saudaraku yang sudah lama mencicipi asam garamnya pernikahan, Patrikan firman Allah dalam ingatan : "...Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami) dan kalian adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah:187)

Torehkan hadist ini dalam benak : "Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya rengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya" (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Alkhudzri r.a)

Kepada sahabat yang baru saja membingkai sebuah keluarga, Kepada para pasutri yang usia rumah tangganya tidak lagi seumur jagung, Ingatlah ketika suami mengharapkan istri berperilaku seperti Khadijah istri Nabi, maka suami juga harus meniru perlakukan Nabi Muhammad kepada para Istrinya. Begitu juga sebaliknya.

Perempuan yang paling mempesona adalah istri yang shalehah, istri yang ketika suami memandangnya pasti menyejukkan mata, ketika suaminya menuntunnya kepada kebaikan maka dengan sepenuh hati dia akan mentaatinya, jua tatkala suami pergi maka dia akan amanah menjaga harta dan kehormatannya. Istri yang tidak silau dengan gemerlap dunia melainkan istri yang selalu bergegas merengkuh setiap kemilau ridha suami.

Lelaki yang berpredikat lelaki terbaik adalah suami yang memuliakan istrinya. Suami yang selalu dan selalu mengukirkan senyuman di wajah istrinya. Suami yang menjadi qawwam istrinya. Suami yang begitu tangguh mencarikan nafkah halal untuk keluarga. Suami yang tak lelah berlemah lembut mengingatkan kesalahan istrinya. Suami yang menjadi seorang nahkoda kapal keluarga, mengarungi samudera agar selamat menuju tepian hakiki "Surga". Dia memegang teguh firman Allah, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)

Akhirya, semuanya mudah-mudah tetap berjalan dengan semestinya. Semua berlaku sama seperti permulaan. Tidak kurang, tidak juga berlebihan.Meski riak-riak gelombang mengombang-ambing perahu yang sedang dikayuh, atau karang begitu gigih berdiri menghalangi biduk untuk sampai ketepian. Karakter suami istri demikian, Insya Allah dapat melaluinya dengan hasil baik. Sehingga setiap butir hari yang bergulir akan tetap indah, fajar di ufuk selalu saja tampak merekah. Keduanya menghiasi masa dengan kesyukuran, keduanya berbahtera dengan bekal cinta. Sama seperti syair yang digaungkan Gibran,

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran tersungging di bibir senyuman


Semoga Allah selalu menghimpunkan kalian (yang saling mencintai karena Allah dalam ikatan halal pernikahan) dalam kebaikan. Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan. Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan di setiap gerak dalam keluarga. Jua Allah yang maha menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world "Akhirat". Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian.
Allahumma Aamiin.

Barakallahu, untuk para pengantin muda. Mudah-mudahan saya mampu mengikuti tapak kalian yang begitu berani mengambil sebuah keputusan besar, yang begitu nyata menandakan ketaqwaan kepada Allah serta ketaatan kepada sunnah Rasul Pilihan. Mudah-mudahan jika giliran saya tiba, tak perlu lagi saya bertanya mengapa teman saya menjadi begitu murah senyum. Karena mungkin saya sudah mampu menemukan jawabannya sendiri.
__________________
Do people think that they will be left alone because they say:"We beleive," and will not be tested.(TQS Al-Ankabut:2)

Selasa, 25 Januari 2011

PEREMPUAN DENGAN DUA IKAT PINGGANG



oleh Abdi Sumaithi pada 06 Januari 2011 

Asma, perempuan yang tumbuh di lingkungan keluarga kaya dan elit, sangat dikenal di lingkungan sosialnya. Ayahya, Abu Bakar al-Shiddiq, orang paling kaya dan terpandang di kaumnya,  suku Quraisy yang sangat dihormati dan disegani. Selain kecantikannya di atas rata-rata, Asma, seperti halnya saudaranya,  Aisyah isteri Rasulullah saw, dikenal sebagai perempuan yang cerdas, lincah, dan prigel. 

Perpaduan antara kedudukan keluarga yang membesarkannya dengan kecantikan, kecerdasan, serta keprigelan dirinya, secara umum, berpotensi kuat dirinya  menjadi perempuan manja dan bahkan sombong sekalipun. Akan tetapi, potensu itu sama sekali tidak tumbuh pada diri Asma.

Meskipun ia sebagai anak perempuan orang kaya dan terpandang, ia dikenal sebagai perempuan yang memiliki sifat pemurah, kuat pendirian, berani, serta menjadi teladan perempuan sebayanya. Kelahirannya di tengah-tengah tradisi jahiliyah pun tidak membuat dirinya sebagai tipe perempuan produk budaya masyarakatnya. Asuhan keluarga Asma yang masih kokoh memelihara nilai-nilai fitrah membuat dirinya tumbuh sebagai perempuan yang berkarakter terpuji dan memastikannya sebagai figur seorang muslimah sejati. Bahkan Asma termasuk kelompok perempuan pertama yang masuk Islam. 

Ia dikenal  sebagai wanita tangguh yang berumur panjang, meskipun namanya pendek. Perjalanan hidupnya tidak sependek namanya. Allah memberinya umur panjang hingga 100 tahun, kecerdasan berpikir, dan keteladanan yang sangat inspiratif.

Keterlibatannya dalam momen–momen perjuangan Islam memastikan dirinya berada dalam barisan perempuan pejuang yang disegani. Hal itu antara lain dibuktikannya pada peristiwa sangat penting dalam sejarah Islam. Saat-saat menjelang hijrah dia sangat aktif  membantu proses hijrah Nabi Muhammad saw bersama ayahnya. Ia dikenal sebagai perempuan berjibaku mengirimkan bekal makanan dan minuman di setiap terjadi peperangan. Bahkan ketika ayahnya, Abu Bakar bersama Nabi Muhammad saw berada di Gua Tsur, menjelang hijrah ke Yatsrib, dialah yang berani menjadi pengirim makanan buat mereka.

Tampaknya, nilai-nilai Islam yang bertahta dengan kokoh di dalam jiwanya, membentuknya menjadi pribadi yang kuat, memiliki pandangan hidup, sikap, serta cita-cita yang lurus. Keperibadiannya pun menjadi matang. Hal itu setidak-tidaknya terlihat jelas ketka ia dengan sekuat tenaga bersusah payah membantu perjalanan Rasulullah saw bersama ayahnya dari Mekkah ke Madinah.

Dalam peristiwa yang paling monumental itu, Asma menunjukkan kesejatiannya sebagai seorang perempuan berhati baja dengan semangat pengorbanannya yang luar biasa. Ia sama sekali tidak merasa takut terhadap ancaman dari kaumnya. Bahkan ia turut memantau perkembangan keamanan di sekitar kota Mekkah yang sedang genting.


Selanjutnya, ia sanggup melintasi padang pasir dan menaiki bukit terjal sambil membawa bekal makanan dan informasi berharga bagi Rasulullah dan ayahnya yang sedang bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy di gua Tsur. Dengan cerdiknya ia kemas dan ikat segala persiapan hijrah serapih mungkin diatas punggung unta. Untuk itu ia harus mengoyak ikat pinggangnya menjadi dua. Sejak itulah ia terkenal dengan sebutan Dzatun Nithaqain, “Perempuan dengan Dua Ikat Pinggang”.  
Ketika ia hendak mengikat karung makanan dan tempat minuman yang akan dikirim kepada Rasulullah saw dan Abu Bakar as. Pada waktu itu, Asma’ tidak memiliki tali untuk mengikatnya. Ia lalu merobek dan membelah ikat pinggangnya hingga menjadi dua. Satu untuk mengikat karung makanan dan satu lagi untuk mengikat tempat air minum. Ketika Rasulullah mengetahui hal ini, beliau berdoa, “Semoga Allah  menggantikan ikat piinggang Asma’ dengan dua ikat pinggang yang lebih baik dan indah di surga.” Begitulah kisah dirinya memperoleh sebutan itu.

Kesejatian Asma tampak lebih jelas ketika ia dengan ketulusannya siap untuk dinikahi oleh Zubair bin Awwam, seorang pemuda dari kalangngan keluarga biasa. Bahkan ia tidak memiliki harta, kecuali seekor kuda perang dan sebidang tanah pemberian Rasulullah saw. Ia bukan pula dari kalangan ningrat. Ia sama sekali bukan  keturunan orang terpandang, apalagi berdarah biru. Bahkan Zuber  dibesarkan dan dididk oleh seorang ibu yang lama menjanda.
Sikap Asma seperti itu bisa jadi akan sukar dicerna oleh orang tua dan gadis-gadis yang pola dan gaya hidupnya telah tenggelam dalam budaya materialistik  seperti sekarang ini. Bagi Asma sikap yang diambilnya itu tidak menjadi problem psikologis dirinya. Ia tidak pernah merasa kecewa dan bahkan selalu setia melayan suaminya. Jika suaminya sedang sibuk menyebarkan dakwah atau menjalankan tugas dari Rasulullah saw, Asma’ tidak segan-segan merawat kuda perang Zubair. Ia dengan senang hati merumput dan memanggulnya di atas kepalanya dengan berjalan serta menumbuk biji kurma untuk makanan kuda suaminya. Hasil perkahwinannya, Allah menganugerahi mereka seorang anak yang cerdas yang diberi nama Abdullah bin Zubair.

Gambaran otentik kesejatian  dan ketulusan Asma sebagai seorang isteri, ibu, dan perempuan pejuang telah diabadikan dalam satu riwayat yang bersumber dari dirinya. Asma adalah hamba Allah, perempuan, isteri, dan ibu secara total. Keperibadiannya adalah sejarah otentiknya yang selalu memancarkan keteladanan bagi puteri-puteri, isteri-isteri, dan ibu-ibu dalam setiap generasi. Berikut adalah penuturan tentang dirinya yang paling terus terang. “Dari Asma binti Abu Bakar Ra, ia berkata, “Zubair menikahiku sedangkan dia tidak memiliki harta kekayaan berupa barang tetap, tidak juga hamba sahaya. Pokoknya ia tidak punya kekayaan selain alat penyiram dan seekor kuda. Setiap hari saya harus memberi makan dan minum kudanya, menjahitkan gharbah (tempat air yang terbuat dari kulit)nya, membikinkan tepung padahal saya tidak pandai membikin roti dan biasanya yang membikinkan roti tetangga-tetangga saya dari kalangan wanita Anshar yang terkenal kepiawaiannya membikin roti. Setiap hari saya harus mengangkut biji-bijian, dengan cara meletakkannya di atas kepalaku dan kelak harus saya tumbuk, dari sebidang tanah milik Zubair yang merupakan hadiah dari Rasulullah SAW. Padahal jarak tanah itu dengan rumah saya dua pertiga farsakh (satu farsakh sama dengan  sekitar 3 mil). Pada suatu hari saya pulang dari tanah Zubair dan di atas kepalaku seonggok biji-bijian (yang akan saya tumbuk) . Dalam perjalanan saya bertemu Rasulullah SAW bersama seseorang dar kalangan Anshar. Nabi lalu memanggilku seraya mengatakan ikh ikh (ucapan yang ditujukan kepada binatang kendaraan agar merunduk untuk dinaiki) agar saya membonceng di belakannya. Tentu saja saya akan malu berjalan bersama laki-laki dan saya ingat betul bahwa suami saya Zubair orangnya  sangat pencemburu. Rasulullah SAW juga sangat tahu bahwa saya pasti malu. Maka Rasulullah SAW berlalu. Kemudian saya sampai ke rumah dan menemui Zubair dan saya katakan padanya, “Saya berjumpa Rasulullah SAW bersama sahabatnya di jalan sedangkan di atas kepalaku ada seonggok biji-bijian. Lalu ia merundukkan binatang kendaraannya agar aku naik, Tentu saja saya malu dan saya ingat kecemburuanmu.” Zubair berkata, “Demi Allah kamu mengangkut biji-bijian itu jauh lebih berat (menjadi beban psikologis yang berat) bagi saya dibandingkan dengan naiknya kamu bersamanya .” Asma melanjutkan kisahnya dengan mengatakan, “Sampai akhirnya ayahku, Abu Bakar, mengirim seorang pembantu yang   menggantikanku mengurusi kuda (siyasatu al-faras) dan ketika itu seolah-olah saya menjadi orang merdeka.” (HR, Bukhari)